Jumat, 18 Oktober 2019

DikLat Pemanfaatan TIK Untuk Pendidikan Th 2019

No.4 dari kanan Bp.Drs.Bagus Surjanto, M.Pd


“ Bapak Ibu Guru sudahkah membayangkan ? anak-anak bakal malas ke sekolah, malas belajar.
Karena pakem kurikulum yang sulit dicerna, model pembelajaran yang membosankan.
Nah ini tantangan. Bagaimana membuat cara mengajar yang menarik” Demikian bagian dari wejangan Drs.Bagus Surjanto, M.PD selaku Kepala BPTIK DIKBUD Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah pada pembukaan Diklat Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan.

Pelaksanaan kegiatan tersebut dibagi dalam tiga angkatan. Untuk Angkatan I tanggal 9-11 Oktober 2019. Angkatan II 15-17 Oktober dan Angkatan III 23-25 Oktober 2019. Peserta kegiatan adalah Guru SMK.
Hotel C3 jl.Diponegoro no.223, Genuk, Ungaran Barat, Jawa Tengah dipilih sebagai ajang adu kreativitas para peserta.


"Guru merupakan salah satu tangan kepanjangan dari kehendak Alloh, dalam hal menyampaikan ilmu kepada makhlukNYA. Mereka merupakan wasilah (penyambung) ilmu agar dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Walaupun ada dengan kebesaranNya ada juga ilmu yg langsung diberikan tanpa melalui wasilah.
Dengan dijadikannya wasilah, Alloh pun menjanjikan banyak sekali keutamaan bagi mereka.
Dalam firmanNya, siapapun yang memberikan pinjaman yg baik kpd Allah, maka Allah akan mengembalikannya dan ditambahi dengan banyak jg pahala yg mulia. Dari sini bisa diartikan bahwa guru telah meminjamkan dirinya, pikiran, tangan, kaki dan anggota badan lainnya utk menyampaikan ilmu kepada makhluk.
Disini guru yg tulus dan ikhlas memberikan ilmu, dia akan banyak diberi ilmu, sekaligus kemuliaan. Kompensasi materi bagi mereka itu hanya sebagian kecil bonus yang memang menjadi haknya.

Dalam kegiatan yang bertajuk Pendidikan dan Pelatihan TIK bagi guru (saya lebih cenderung menamainya workshop), terlihat individu-individu yang tulus dan memiliki semangat belajar. Semoga juga memiliki orientasi apa yang dipelajari bisa menjadi kontribusi inovasi bagi dunia pendidikan yang mereka geluti.
Hal ini pula yang menjadi semangat kami sebagai instruktur untuk menemani mereka, sharing apa yg kami punya, agar menjadi sesuatu yang baru serta dapat bermanfaat dan menjadi wasilah yg baik dalam menyebarkan ilmu. Harapannya apa yang kami bagi tersebut dapat dibagi kembali kepada anak didik dan bermanfaat untuk mereka, syukur-syukur anak didik tersebut mampu membaginya kembali kepada anak didik anak didiknya nanti. Terus berakar dan berkembang membentuk Piramida. Akar Piramida ini yang sering dipakai MLM dalam cara bekerja utk mendapatkan reward. Dari sinilah maka sering saya sebut bahwa guru adalah anggota MLM yang pasti sukses, dgn niat dan semangat tulus mentransfer ilmu." Uraian Pak Bandi yang kesehariannya berprofesi sebagai dirktor (sutradar fil), editor naskah, graphic animator, salah satu pemateri acara diklat.

Pak Bandi sebagai instruktur/mentor.

Para peserta Diklat Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan Angkatan II

Rabu, 17 Juli 2019

Mutu Pendidikan Kejuruan

Presiden Joko Widodo kembali menegaskan pentingnya meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan. Penegasan yang patut diapresiasi dan perlu menjadi komitmen bersama.

Komitmen ini harus disertai pula dengan kesadaran bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya nyata mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas di level pendidikan menengah.

Manajemen berbasis sekolah “school based management” merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi,
yang ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal
tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang
berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro.

Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat propinsi sampai tingkat kabupaten dan kota, sedangkan aspek mikronya melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya, yaitu sekolah.

Pada sistem manajemen berbasis sekolah, sekolah dituntut secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggung-jawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Pemberian otonomi
pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang
muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.

Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, manajemen berbasissekolah tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan.

Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah
untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan
pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama
yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Penegasan yang patut diapresiasi dan perlu menjadi komitmen bersama. Komitmen ini harus disertai pula dengan kesadaran bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya nyata mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas di level pendidikan menengah.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Minggu, 07 April 2019

Makna Logo SMK YPT Muntilan

  • Segi lima yang mengelilingi logo bermakna Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.

  • Padi di kanan-kiri merupakan lambang kemakmuran.

  • Roda gigi dan jangka berhubungan dengan kejuruan teknik (teknik mesin)

  • Kalimat Adi Guna, diharapkan peserta didik kelak menjadi insan yang berguna.

  • Buku (bagian tengah jangka) merupakan lambang pendidikan.

Kamis, 13 Juli 2017

Sejarah Pendirian

Sejarah berdirinya SMK YPT Muntilan tidak dapat mengabaikan peranan Sudarsono Citro Dijoyo seorang guru di STM N 2 Yogyakarta. Mengemban tugas dari Direktorat pusat untuk mengembangkan pendidikan menengah kejuruan. Pada tahun 1962 bersama Suraji, BSc membuka STM Perkapalan di Semarang. Sekaligus mendirikan 6 (enam) cabang di berbagai kota di antaranya di Muntilan, Purworejo, Kebumen dan Pekalongan. 

Setelah G30 S PKI, pada tahun 1966 ke enam sekolah yang didirikan dijadikan STM Negeri Perkapalan. Demikian juga yang ada di Muntilan menjadi STM Negeri Perkapalan Muntilan. Beberapa siswa bahkan dari berbagai pulau di luar Jawa, Sumatra, Kalimantan juga Bali.

Dikarenakan menghadapi kendala untuk praktek perkapalan ke pelabuhan terlalu jauh maka ada tahun 1970 status Sekolan Negeri Perkapalan dicabut untuk kemudian dijadikan sekolah swasta atau berbentuk yayasan. 

Formatur rapat pembentukan yayasan terdiri dari 9 (sembilan) personil bertempat di Gedung Baperki (sekarang belakang klenteng jl.Pemuda Muntilan).
  1. Ketua : Sajiman
  2. Sekretaris : Yuwono
  3. Bandahara : Wahyadi
  4. Anggota : Sabariman
  5. Anggota : Rujito
  6. Anggota : Suyitno
  7. Anggota : Sukarno
  8. Anggota : Suyoto
  9. Anggota : Jamidi
Dari susunan formatur pembentukan yayasan, 3 (tiga) personil berangkat ke kantor Akta Notaris Magelang yaitu Sajiwan, Wahyadi dan Yuwono.
Hingga di kantor akta notaris belum membawa nama yayasan untuk didaftarkan. Berhubung program pembelajarannya berhubungan dengan teknik, maka pihak kantor akta notaris kemudian mengusulkan diberi nama Yayasan Pendidikan Teknik (YPT). 


Selepas dari status Sekolah Negeri Perkapalan hingga tahun 1971 sekolah belum menggunakan nama yayasan yang telah dibentuk. Untuk pembelajarannya menempati Gedung Baperki (sekarang belakang vihara/klenteng jl.Pemuda Muntilan. Atas laporan pemilik gedung Lim Yok Bie kepada petugas Kodim, maka pihak STM diminta meninggalkan gedung karena sudah tidak berhak menempati, setelah tidak berstatus negeri. 

Babak berikutnya pada tahun 1970 hingga 1971 sekolah menempati Sekolah Teknik (ST) Kebonsari, arah utara dari RSUD Kab.Magelang di Muntilan. Sabariman sebagai Kepala Sekolah dengan jumlah siswa 132 terbagi dalam dua ruang.

Tahun 1972 sekolah kembali menempati Gedung Baperki. 
Untuk yang kedua kali sekolah diminta pindah (diusir :red) oleh petugas Kodim. Bahkan pihak Kodim mengajak dan menunjukkan rumah-rumah di wilayah lokalisasi Karangwatu sebagai tempat belajar. Pihak sekolah mendapat tekanan dari Kodim untuk menempati rumah-rumah di wilaya itu.

Suyoto usul kepada Shabariman agar menghubungi Kol.Sugiyarno dari Danrem 072 untuk membantu solusi masalah dengan Kodim sehubungan masalah tempat belajar.

Karena masih belum punya gedung sendiri, maka pembelajaran kembali ke Gedung Baperki. Yayasan kemudian beritikad mengumpulkan dana dari para siswa. Dari tahun 1972-1973 terkumpul dana senilai Rp.480.000,-
Dari dana yang dikumpulkan tersebut yayasan mampu membeli tanah berlokasi di Dusun Wirosobo sebelah utara Dusun Probolinggo. 

Sehubungan dengan posisi greografis kurang menguntungkan karena jauh dari jalan raya Magelang-Jogja, maka Suyoto menghadap Kepala Desa Gulon untuk menyampaikan keinginannya membangun sekolah dengan cara tukar guling. Kepala Desa menyetujui tanah kas Desa Gulon ditukar dengan tanah milik yayasan di Dusun Wirosobo dengan perbandingan 2:1. Ukuran luas tanah di Dusun Wirosobo ditukar dengan tanah kas Desa Gulon ukuran setengahnya. 

Tanah kas Desa Gulon yang dibeli yayasan dibuat atas nama Sastro, ayah dari Wahyadi dan Yuwono. 
Untuk menambah pengumpulan dana maka iuran dari para siswa dilanjutkan. Hingga tahun 1973  ditambah dengan uang pesangon dari Lim Yok Bie, pemilik Gedung Baperki yang pernah ditempati untuk pembelajaran, terkumpul dana Rp.750.000,- 

Tahun 1973 melaksanakan pembangunan gedung sekolah di lokasi tanah kas desa.
Pada tahun 1974 bulan Maret kelas 3 sudah dapat menempati gedung baru STM YPT Muntilan.

Hingga saat tulisan ini diunggah pada Selasa, 19/3/2019 SMK YPT Muntilan tetap menempati lokasi di jl.Magelang Gulon, Salam, Kab Magelang.

Tetap menggunakan nama Muntilan karen terkait sejarah, pertama di dirikan dengan nama STM Negeri Perkapalan Muntilan.

Bp.Suyoto sesepuh dan pelaku sejarah berdirinya SMK YPT Muntilan (kiri) bersama Hari Wuryanto (penulis) di ruang guru.