Setelah G30 S PKI, pada tahun 1966 ke enam sekolah yang didirikan dijadikan STM Negeri Perkapalan. Demikian juga yang ada di Muntilan menjadi STM Negeri Perkapalan Muntilan. Beberapa siswa bahkan dari berbagai pulau di luar Jawa, Sumatra, Kalimantan juga Bali.
Dikarenakan menghadapi kendala untuk praktek perkapalan ke pelabuhan terlalu jauh maka ada tahun 1970 status Sekolan Negeri Perkapalan dicabut untuk kemudian dijadikan sekolah swasta atau berbentuk yayasan.
Formatur rapat pembentukan yayasan terdiri dari 9 (sembilan) personil bertempat di Gedung Baperki (sekarang belakang klenteng jl.Pemuda Muntilan).
- Ketua : Sajiman
- Sekretaris : Yuwono
- Bandahara : Wahyadi
- Anggota : Sabariman
- Anggota : Rujito
- Anggota : Suyitno
- Anggota : Sukarno
- Anggota : Suyoto
- Anggota : Jamidi
Hingga di kantor akta notaris belum membawa nama yayasan untuk didaftarkan. Berhubung program pembelajarannya berhubungan dengan teknik, maka pihak kantor akta notaris kemudian mengusulkan diberi nama Yayasan Pendidikan Teknik (YPT).
Selepas dari status Sekolah Negeri Perkapalan hingga tahun 1971 sekolah belum menggunakan nama yayasan yang telah dibentuk. Untuk pembelajarannya menempati Gedung Baperki (sekarang belakang vihara/klenteng jl.Pemuda Muntilan. Atas laporan pemilik gedung Lim Yok Bie kepada petugas Kodim, maka pihak STM diminta meninggalkan gedung karena sudah tidak berhak menempati, setelah tidak berstatus negeri.
Babak berikutnya pada tahun 1970 hingga 1971 sekolah menempati Sekolah Teknik (ST) Kebonsari, arah utara dari RSUD Kab.Magelang di Muntilan. Sabariman sebagai Kepala Sekolah dengan jumlah siswa 132 terbagi dalam dua ruang.
Tahun 1972 sekolah kembali menempati Gedung Baperki.
Untuk yang kedua kali sekolah diminta pindah (diusir :red) oleh petugas Kodim. Bahkan pihak Kodim mengajak dan menunjukkan rumah-rumah di wilayah lokalisasi Karangwatu sebagai tempat belajar. Pihak sekolah mendapat tekanan dari Kodim untuk menempati rumah-rumah di wilaya itu.
Suyoto usul kepada Shabariman agar menghubungi Kol.Sugiyarno dari Danrem 072 untuk membantu solusi masalah dengan Kodim sehubungan masalah tempat belajar.
Karena masih belum punya gedung sendiri, maka pembelajaran kembali ke Gedung Baperki. Yayasan kemudian beritikad mengumpulkan dana dari para siswa. Dari tahun 1972-1973 terkumpul dana senilai Rp.480.000,-
Dari dana yang dikumpulkan tersebut yayasan mampu membeli tanah berlokasi di Dusun Wirosobo sebelah utara Dusun Probolinggo.
Sehubungan dengan posisi greografis kurang menguntungkan karena jauh dari jalan raya Magelang-Jogja, maka Suyoto menghadap Kepala Desa Gulon untuk menyampaikan keinginannya membangun sekolah dengan cara tukar guling. Kepala Desa menyetujui tanah kas Desa Gulon ditukar dengan tanah milik yayasan di Dusun Wirosobo dengan perbandingan 2:1. Ukuran luas tanah di Dusun Wirosobo ditukar dengan tanah kas Desa Gulon ukuran setengahnya.
Tanah kas Desa Gulon yang dibeli yayasan dibuat atas nama Sastro, ayah dari Wahyadi dan Yuwono.
Untuk menambah pengumpulan dana maka iuran dari para siswa dilanjutkan. Hingga tahun 1973 ditambah dengan uang pesangon dari Lim Yok Bie, pemilik Gedung Baperki yang pernah ditempati untuk pembelajaran, terkumpul dana Rp.750.000,-
Tahun 1973 melaksanakan pembangunan gedung sekolah di lokasi tanah kas desa.
Pada tahun 1974 bulan Maret kelas 3 sudah dapat menempati gedung baru STM YPT Muntilan.
Hingga saat tulisan ini diunggah pada Selasa, 19/3/2019 SMK YPT Muntilan tetap menempati lokasi di jl.Magelang Gulon, Salam, Kab Magelang.
Tetap menggunakan nama Muntilan karen terkait sejarah, pertama di dirikan dengan nama STM Negeri Perkapalan Muntilan.
Bp.Suyoto sesepuh dan pelaku sejarah berdirinya SMK YPT Muntilan (kiri) bersama Hari Wuryanto (penulis) di ruang guru. |
Semoga program SMK YPT Muntilan bisa berjalan baik, dan ini merupakan titik tolak untuk masa depan yang lebih baik
BalasHapusAamiin
HapusBanyak alumni dari YPT yang karier. Nya sukses ,kami alumni angkatan 86 bravo untuk guru guru kami
Hapus